Apa yang kita lakukan di dunia pasti akan mendapat balasan dari Allah, entah di dunia ataupun di akhirat. Salah satunya adalah melalui kematian dan ingatlah bahwa sakaratul maut adalah hal yang menakutkan. Abu Jahal terkenal sebagai orang yang sombong dan sudah melampaui batas. Meskipun Abu Jahal paman Nabi, tapi ia menentang ajaran yang dibawa oleh Nabi. Bahkan ketika ia dalam keadaan sekarat karena luka tusuk, ia masih saja berkata sombong.
Ia mati di tangan Ibn Mas’ud dengan sangat mengenaskan. Kesombongan Abu Jahal dan kaum musyrikin akhirnya terbunuh dengan cara mengenaskan. Ia kalah dalam peperangan Badar dimana banyak kaum Musyrik yang mati dan lari dalam perang tersebut.
Dikisahkan dalam perang Badar itu, Abu jahal terjebak dan kebingungan karena pasukannya berlarian. Tapi, dengan kesombongannya ia tetap berdiri dan berteriak di tengah pasukannya yang kocar-kacir. Ia mengatakan bahwa demi Latta dan Uzza, mereka tidak akan kembali sampai bisa mengikat Nabi Muhammad dan para sahabatnya dengan tali. Ia berseru pada pasukannya agar tidak merasa iba dengan hanya membunuh satu orang saja. Teriakan Abu Jahal tiba-tiba lenyap karena ia terhimpit dengan kaum Muslim yang melawannya.
Dalam keadaan tak berdaya pun ia tetap berbicara. Ia mengatakan bahwa ia seperti anak berusia dua tahun yang giginya baru keluar. Melihat kondisi Abu Jahal dalam bahaya, kaum Musyrik pun mengelilingi Abu Jahal bagaikan pepohonan yang mengelilingi hutannya. Namun, tubuh Abu Jahal tiba-tiba jatuh dan napasnya mulai terengah-engah karena tusukan panah dari pahlawan Islam.
Abu Jahal menunggu kematiannya dalam sakaratul maut yang begitu menyakitkan yang akan mengantarnya ke Makam, bahkan seburuk-buruk penyiksaan. Ketika peperangan itu reda, kaum Musyrikin langsung berlarian sedangkan kaum Muslimin bergembira.
Rasulullah bersabda bahwa siapa yang ingin memperlihatkan padanya atas perbuatan Abu Jahal. Mengetahui pertanyaan itu, Ibn Mas’ud bergegas berdiri dan pergi kemudian mendapatkan Abu Jahal dalam keadaan lemah karena dipukuli oleh dua putra Mu’adz dan Afraa Mu’awwidz. Lalu Ibnu Mas’ud menarik jenggot Abu Jahal dan bertanya apakah ia Abu Jahal. Abu Jahal menjawab giliran siapakah kini. Ibnu Mas’ud bertanya bukankah Abu Jahal telah dihinakan oleh Allah. Abu Jahal justru bertanya dengan sombongnya apakah ada yang lebih hebat dari laki-laki yang dibunuh oleh kaumnya sendiri. Setelah itu, Abdullah membunuhnya dan mendatangi Nabi Muhammad SAW dengan berkata bahwa ia telah membunuh Abu Jahal.
Rasulullah kemudian mengatakan bahwa Demi Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Beliau mengatakan kalimat tersebut sebanyak tiga kali. Beliau juga mengatakan pujian-pujian pada Allah karena telah menunjukkan kebesarannya melalui pasukan lawan yang telah porak poranda.
Berdasarkan penjelasan Abu Jahal tewas pada perang di atas, kita tahu bahwa kematian adalah salah satu tahap yang harus kita hadapi. Bagi Nabi Muhammad SAW yang merupakan manusia mulia saja masih merasakan sakit ketika kematian datang menghampirinya, lantas bagaimana dengan orang sejahat Abu Jahal. Ia enggan menerima ajaran Nabi Muhammad, bahkan berani menentang dan melawannya.
Oleh karena itu, kisah ini dapat menjadikan contoh betapa menderitanya atau sakitnya kematian orang musyrik tersebut sehingga kita menjauhi hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh kaum Muslim seperti kisah betapa tragisnya kematian Abu Jahal.
0 komentar:
Posting Komentar